PARLEMENTARIA, Jakarta — Pimpinan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menerima kunjungan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Demokratik Rakyat Aljazair, Y.M. Chalief Akbar, di Ruang Lounge BKSAP, Gedung Nusantara III Lantai 6, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (28/10). Pertemuan yang berlangsung hangat tersebut dipimpin langsung oleh Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera, didampingi jajaran sekretariat BKSAP.

 

Kunjungan ini bertujuan memperkuat kerja sama strategis antara Indonesia dan Aljazair di berbagai bidang, baik politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Dalam sambutannya, Mardani Ali Sera menegaskan bahwa hubungan Indonesia–Aljazair telah terjalin erat sejak masa perjuangan kemerdekaan dan harus terus dipelihara melalui diplomasi parlementer yang konkret dan berkelanjutan.

 

“Aljazair merupakan salah satu sahabat lama Indonesia yang memiliki hubungan luar biasa dengan kita. Saya sendiri beberapa kali berinteraksi dengan Parlemen Aljazair, termasuk pada Konferensi PUIC (Parliamentary Union of the OIC Member States) di mana Ketua Parlemennya hadir langsung. Ini menunjukkan eratnya hubungan yang sudah terjalin sejak lama,” ujar Mardani.

 

Menurutnya, pertemuan tersebut juga menjadi wadah untuk memperbarui sejumlah tindak lanjut kerja sama antara kedua negara yang melibatkan berbagai lapisan, mulai dari Government to Government (G2G), Parliament to Parliament (P2P), hingga Business to Business (B2B). Ia menekankan bahwa diplomasi parlemen berperan penting dalam mengubah komunikasi antarnegara menjadi kerja sama bilateral yang konkret dan saling menguntungkan.

 

“Indonesia perlu memperluas jejaring kerja sama dengan negara-negara non-tradisional market. Aljazair memiliki posisi strategis, tidak hanya di Afrika Utara, tetapi juga di kawasan Afrika dan Timur Tengah. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan,” tambahnya.

 

Di sisi lain, Duta Besar Chalief Akbar menuturkan bahwa KBRI Aljazair berkomitmen untuk menjadi bridge builder atau jembatan penghubung dalam memperkuat hubungan kedua negara. Ia menyebutkan bahwa hubungan Indonesia dan Aljazair memiliki akar sejarah yang sangat kuat, bahkan jauh sebelum Konferensi Asia-Afrika 1955.

 

“Jembatan itu sudah ada dan kokoh karena faktor sejarah dan persaudaraan yang panjang. Tugas kami di KBRI adalah memperkuat jembatan tersebut agar semakin banyak sektor yang terhubung, baik melalui G2G, P2P, maupun B2B,” ujar Chalief.

 

Ia juga menjelaskan bahwa hubungan antarparlemen (P2P) antara Indonesia dan Aljazair selama ini telah berjalan dengan baik. Ketua BKSAP DPR RI disebut telah beberapa kali berkunjung ke Aljazair untuk menghadiri forum parlemen tingkat internasional, termasuk di lingkup negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam).

 

Selain itu, kerja sama antar pemerintah juga terus berkembang, salah satunya melalui kunjungan Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri ke Aljazair. Di bidang ekonomi, kerja sama Pertamina dengan mitra di Aljazair dinilai menjadi contoh konkret bagaimana kolaborasi antarnegara dapat menghasilkan manfaat bersama, terutama di sektor energi.

 

“Indonesia melihat Aljazair sebagai tujuan outbound investment yang potensial, terutama dalam memperkuat ketahanan energi dan pangan. Pertamina telah memiliki kerja sama pengelolaan minyak di sana, dan PT Pupuk Indonesia juga berpotensi memperluas kolaborasi di sektor agrikultur,” jelasnya.

 

Selain diplomasi di tingkat pemerintahan dan parlemen, Chalief menyoroti pentingnya memperkuat People to People (P2P) relations. Menurutnya, hubungan antarwarga negara menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan hubungan bilateral.

“Selain Parliament to Parliament, kami juga ingin memperkuat People to People cooperation. Pertukaran budaya, pendidikan, dan masyarakat dapat menjadi ruang baru bagi Indonesia dan Aljazair untuk semakin saling mengenal dan bekerja sama,” imbuhnya.

 

Mardani pun menegaskan bahwa DPR RI melalui BKSAP siap mendukung langkah-langkah diplomatik tersebut. Ia menilai hubungan Indonesia–Aljazair bukan hanya hubungan politik formal, tetapi juga memiliki nilai historis yang sarat makna perjuangan.

 

“Setelah Konferensi Asia-Afrika, banyak negara termasuk Aljazair mendapatkan semangat kemerdekaan dari perjuangan bangsa kita. Karena itu, menjaga hubungan ini berarti menjaga warisan sejarah dan nilai-nilai solidaritas global yang ditanamkan para pendiri bangsa,” pungkasnya.

 

Pertemuan ini diakhiri dengan komitmen kedua pihak untuk terus mempererat kerja sama dan menjajaki peluang kolaborasi baru di berbagai sektor. BKSAP berencana mengundang perwakilan Komisi Persahabatan Antar Parlemen Aljazair dalam waktu dekat sebagai bagian dari agenda diplomasi parlemen berkelanjutan. (bit/aha)