PARLEMENTARIA, Raja Ampat – Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI melakukan Kunjungan Kerja ke Raja Ampat, Papua Barat Daya, dalam rangka memperkuat sinergi antara pengembangan ekonomi biru dan pelestarian lingkungan.
Dalam kesempatan itu, Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera, menyebut Raja Ampat ibarat tempat di mana Tuhan menurunkan sepotong surga. Menurutnya, keindahan alam Raja Ampat harus dijaga bersama karena memiliki nilai ekologis dan ekonomi yang sangat tinggi.
“Kami datang ke Raja Ampat, tempat di mana Tuhan menurunkan sepotong surganya. Bukan cuma indah, tapi juga sangat mahal ekosistemnya. Karena itu, kewajiban kita bersama untuk menjaganya,” ujar Mardani saat memimpin Tim Panja Ekonomi Biru BKSAP DPR RI di Raja Ampat, Papua Barat Daya, Rabu (13/11/2025).
Mardani mengapresiasi langkah Pemerintah Daerah Raja Ampat bersama berbagai lembaga konservasi seperti Yayasan Konservasi Indonesia, EcoNusa, dan 14 Non-Governmental Organization, (NGO) lainnya yang aktif mengedukasi, menyosialisasikan, dan memberdayakan masyarakat.
“Saya melihat kolaborasi yang luar biasa antara Pemda, NGO, dan masyarakat lokal. Mereka tidak hanya bicara konsep, tapi benar-benar bergerak di lapangan. Ini sesuatu yang amazing,” ungkap Politisi Fraksi PKS ini.
Ia menegaskan, keberlanjutan konservasi tidak akan bertahan lama tanpa dukungan ekonomi yang adil bagi masyarakat setempat.
“Konservasi tidak bisa langgeng kalau tidak ditopang oleh perekonomian yang adil. Dan itu yang kami lihat sudah berjalan di Raja Ampat,” jelasnya.
Meski begitu, Mardani mengingatkan adanya tantangan besar dari meningkatnya jumlah wisatawan yang datang tanpa pengawasan ketat.
“Kita harus hati-hati. Semakin banyak turis datang tanpa aturan jelas, bisa-bisa surga ini rusak karena kita sendiri. Tapi saya optimistis, dengan adanya BLUD yang sudah berjalan baik, Raja Ampat bisa menyeimbangkan ekonomi dan konservasi,” tegasnya.
BKSAP DPR RI, lanjutnya, berkomitmen mendukung kebijakan dan regulasi yang menjaga kelestarian alam Raja Ampat sekaligus mendorong wisata berkelanjutan.
“Kalau kita punya Bali yang menerima lebih dari 40 persen wisatawan Indonesia, maka Raja Ampat bisa jadi pusat wisata baru yang berkualitas dan ramah lingkungan. Dengan aturan yang baik, ini bisa jadi brand baru Indonesia di mata dunia,” ujarnya.
Mardani menegaskan, kolaborasi semua pihak—pemerintah daerah, NGO, masyarakat lokal, legislatif, dan eksekutif—adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan.
“Kita harus menemukan titik temu antara ekonomi dan biologi kita. Jangan sampai Raja Ampat mengalami overtourism seperti beberapa daerah lain. Raja Ampat harus jadi contoh terbaik wisata berkelanjutan Indonesia,” pungkasnya. (rni/rdn)

Edukasi Diplomasi Parlemen